sejarah Rasulullah SAW
Posted on 05.46 by -aHmEd RidHo-
Rasulullah Sosok Pemuda Terpercaya
Oleh: Yasir Maqosid, Lc
Wanita pertama yang menyusui Muhammad saw setelah ibundanya adalah Tsuwaibah, hamba sahaya Abu Lahab (paman Rasulullah saw yang memusuhi ajaran dakwah beliau). Tsuwaibah pula yang mengabarkan kepada Abu Lahab tentang kelahiran Muhammad saw. Abu Lahab begitu gembira mendengar kabar kelahiran keponakannya hingga ia memerdekakan Tsuwaibah. Kerena perbuatannya ini, maka Allah memberikan keringanan siksaan kelak di neraka kepada Abu Lahab, yaitu diberi minum dari ujung jarinya.
Kemudian Muhammad saw disusui oleh Halimah As-Sa’diyyah dan tinggal di Bani Sa’ad hingga usia lima tahun. Saat di rumah Halimah, Muhammad saw mengalami peristiwa yang sangat unik, yaitu pembedahan dada. Dada beliau dibedah oleh Jibril as untuk kemudian dikeluarkan, dihilangkan noda hitam, dicuci dengan air zam-zam, dan dipenuhi dengan iman dan hikmah.
Pada usia enam tahun, Muhammad saw diajak ibunya berziarah ke makam ayahnya yang ada di Madinah. Selesai berziarah Aminah pulang membawa anaknya. Dalam perjalanan pulang, penyakit yang diderita Aminah bertambah parah, sementara keduanya masih berada di padang pasir tepatnya, di desa Abwa`. Akhirnya Aminah meninggal dunia di tempat tersebut di hadapan anaknya, Muhammad saw, yang baru berumur enam tahun.
Setelah ditinggal ayah dan ibunya untuk selama-lamanya, Muhammad saw kemudian diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthallib. Sang kakek sangat mencintai cucunya ini, kemana pun ia pergi senantiasa mengajak Muhammad saw, bahkan ketika sedang berkumpul bersama para pembesar Mekah untuk membahas masalah-masalah penting. Muhammad saw sering mendengar percakapan di antara para pembesar Mekah, yang merupakan modal pengetahuan baginya di masa depan.
Saat Muhammad saw berusia delapan tahun lebih lebih dua bulan sepuluh hari, Abdul Muthalib meninggal dunia. Sepeninggal kakeknya, Muhammad saw diasuh oleh pamannya yang bernama Abu Thalib. Abu Thalib sangat mencintai Muhammad saw, bahkan melebihi cintanya kepada anaknya sendiri.
Pada saat Muhammad berumur 35 tahun, ada peristiwa yang sangat bersejarah dalam hidupnya. Para penduduk Mekah ingin merenovasi Ka’bah dikarenakan tiang-tiangnya sudah mulai rapuh dan temboknya mulai amblas. Mereka kemudian berpikir untuk membangunnya kembali. Setelah pembangunan selesai, giliran meletakkan Hajar Aswad di tempatnya semula.
Inilah pekerjaan terhormat yang dinanti-nantikan seluruh kabilah. Terjadi silang pendapat di antara mereka hingga hampir saja terjadi peperangan, disebabkan setiap kabilah ingin mendapat kohormatan meletakkan Hajar Aswad ke tempatnya semula.
Ada salah seorang yang berkata, “Bagaimana menurut pendapat kalian jika kita serahkan saja keputusan permasalahan ini terhadap orang yang terlebih dahulu datang ke tempat ini?” Mereka menjawab, “Setuju.”
Ternyata orang yang datang pertama kali adalah Rasulullah. Mereka semua akhirnya gembira dan mengelu-elukan, “Kami ridha terhadap Ash-Shadiq Al-Amin (yang jujur dan terpercaya). Kemudian mereka menyerahkan permasalahan ini kepada Rasulullah.
Dengan sifat bijaksananya, seketika Nabi berkata, “Datangkanlah selendang kepadaku”. Mereka lalu menyerahkan selendang. Kemudian Nabi membeber selendang itu dan meletakkan Hajar Aswad di atasnya. Setelah itu mengumpulkan para pemuka dan pemimpin dari setiap kabilah. Nabi berkata, “Marilah setiap kabilah memegang selendang ini dari sisinya”.
Para pemuka kabilah lalu memegang sisi-sisi selendang. Setelah itu Rasulullah memberi aba-aba untuk mengangkat selendang yang di atasnya terdapat Hajar Aswad. Selanjutnya Nabi sendiri yang mengambil Hajar Aswad dan meletakkannya ke tempat semula.
Dengan demikian selesailah permasalahan yang hampir saja menyebabkan peperangan antar kabilah, berkat sifat amanah yang dimiliki Rasulullah. Sungguh pantas beliau menyandang gelar sebagai Al-Amin.
0 komentar:
Posting Komentar